Sama seperti biasanya, liburan
gw kali ini direncanakan untuk berangkat sore hari. Izin pulang cepat dari
kantor dan langsung berangkat ke bandara naik taksi. Jadi dari rumah gw udah
nenteng2 koper, backpack, dan tas kamera. Agak ngos2an pas lewat jalan kampung
yang nanjak (pertanda memang harus diet). Temen2 kantor udah ngga asing lagi
kalau setiap hari Jumat gw bawa koper atau tas gunung. Pasti gw mau pergi,
somewhere.
Kalau gw memutuskan untuk
berangkat langsung ke bandara dari kantor, Alvin lebih memilih pulang lebih
cepat dari gw untuk jemput Rei di kantornya di daerah Kuningan, kemudian pulang
ke rumah Alvin untuk mandi dan bebenah dulu. Gw terlampau malas untuk kembali
lagi ke rumah. Sama aja, lewatin tanjakan itu, ngos2an lagi. Percuma mandi.
Sebenernya di hari gw
berangkat ke HK ini, gw lagi sakit flu berat. Sakit gara2 2 minggu sebelum
keberangkatan gw full masuk kantor dan selalu pulang diatas jam 9 malam, as I
was mention on my earlier post. Gw sampai pergi ke klinik di lantai 1, untuk
minta obat demam dan pilek, dosis tinggi. Gw cuma takut ketika pesawat take off
dan landing, pilek gw buat gendang telinga gw sakit. Loh, emang ada
hubungannya? Trust me, it’s really hurts! (Baca disini). Berbekal modal nekat dan obat Rhinos dari dokter, berangkatlah gw sore itu ke
bandara.
Meeting point gw dengan Alvin
dan Rei di Terminal 3. Karena gw datang duluan, gw menyempatkan makan dulu biar
bisa minum obat setengah jam sebelum take off. Ngga begitu banyak pilihan
makanan di Terminal 3, dan akhirnya gw memutuskan makan Bakmi GM. Terminal 3
ini sendiri adalah terminal baru bandara soetta, yang resmi dibuka untuk penerbangan
sekitar tahun 2011-2012, khusus untuk low cost carrier airlines saat ini,
seperti AirAsia dan Lion Air. Di awal dibukanya Terminal 3 ini tahun 2012 dulu,
ketika short break pergi liburan ke SG, gw agak takjub karena benar2 berbeda
daripada Terminal 2. Tapi semakin kesini, entah memang sudah kebiasaannya
manusia Indonesia, kondisinya jadi tidak sebagus, serapih, dan sebersih ketika
pembukaan 2012 dulu. Mungkin manajemennya harus ditertibkan lagi.
Rei, Alvin, Cika |
Anyway, setelah menunggu
sekian lama, akhirnya Alvin dan Rei datang. Sebenarnya ini kali pertama gw
kenalan dan ketemu dengan Rei, setelah sebelumnya diskusi melalui email. She is
really nice! Baik & ramah banget! Bener2 beruntung Alvin punya pacar kayak
Rei. Sampai sekarang pun kalau lagi makan siang bareng Alvin, gw suka wanti2
jangan sampe dia nyakitin Rei. Hahahaha.
Pesawat dijadwalkan berangkat
dari Soetta jam ½ 9 malam, dan kita harus check in kira2 2 jam sebelumnya. Gw
pun menyempatkan solat maghrib di musholla lantai 1. Ternyata penuh,
Alhamdulillah. Sabar menunggu, sampai akhirnya dapat slot. Selesai solat,
beranjak ke lantai 2 menyusul Alvin dan Rei, dan ternyata di lantai 2 ada
musholla yang jauh lebih sepi dan lebih bersih. Note buat gw untuk nextnya
mending solat di lantai 2 aja.
Zona 6 Terminal 3 |
Ngobrol ngalor ngidul,
dan akhirnya tiba saatnya para penumpang dipanggil untuk menaiki pesawat.
Pesawat menuju HK ini akan transit di KL tengah malam, dan kira2 akan berangkat
lagi jam 7 pagi. Cukuplah waktunya untuk tidur sejenak di bandara. Iya, ini
udah bandara kesekian yang gw tidurin. Kan termasuk hobby gw juga tidur di
bandara. Tapi ternyata ini pengalaman baru buat Alvin dan Rei untuk tidur di bandara.
Ngga apa2, tenang. Tidur di bandara ngga semengerikan yang orang bayangkan kok.
Di pesawat menuju KL ternyata gw, Alvin dan Rei pisah
duduk, karena mereka book bareng ketika pesan tiket. Sementara gw sendirian. It’s
ok, perjalanan ke KL hanya 2 jam, duduk, merem, nyampe. Gw ngga apa2 duduk
bareng orang lain, kali aja bisa kenalan sekalian pikir gw. Padahal keadaan
sebenarnya, sejak take off sampai landing di KL pun gw ngga ngobrol dengan
sebelah gw. Karena gw mendadak budeg gara2 pilek itu. Bener2 bahaya deh kalau
pilek, better jangan naik pesawat. Atau disembuhin dulu pileknya. Denger2 kalau
sakitnya sampai parah melebihi budeg gitu, bisa pecah gendang telinga. Berbagai
macam cara mulai dari makan permen, nelen ludah, nguap, minum. Semua ngga mempan.
Bener2 sakit. Ngga mempan minum Rhinos ternyata.
KLIA 2 |
Gw pun sampai di KL
around midnight. Gw baru kali ini menjejakkan kaki di bandara KLIA 2 (biasanya
KLIA). Dan gw bener2 amaze banget dengan konsep yang mereka usung. Meskipun
KLIA 2 ini khusus untuk low cost carrier airlines, tapi penerapan arsitektur,
restaurant, bahkan fasilitas yang ada jauh melebihi Terminal 3 Soetta. Free
Wi-Fi everywhere! (ini yang paling penting di zaman globalisasi saat ini, Wi-Fi
sangat dibutuhkan. Apalagi untuk mengirimkan kabar ke Ibu dan media sosial
tentunya). Bagus banget! They even have a connecting line between KLIA 2 and
KLIA through KLIA Express Train, semacam di railink bandara kuala namu. Damn, Soetta, you better learn and renovate soon.
Sebenarnya ada kejadian
lucu disini. Seharusnya kita belok kiri untuk ke wilayah transit, tapi kita
malah belok kanan melewati toko2 daaaaaan imigrasi. Cap negara Malaysia pun
terpampang di paspor. Tapi kita bertiga bahkan ngga ada yang sadar kalau
sebenarnya kita tidak perlu keluar dari imigrasi. Gara2 salah belok, dan
bertambah cap di paspor. Yay!
Sempat keliling2 lagi, hanya
ada beberapa toko dan restaurant yang buka, akhirnya kita memutuskan untuk masuk
lagi imigrasi, dan istirahat di McD yang lokasinya dekat dengan counter check
in. Kenapa mesti McD, padahal ada beberapa restaurant lain yang buka seperti
Nando’s dan Kenny Rogers Roasters. Simple, yang bawa ringgit cuma Rei. Dan yang
murah makannya cuma di McD. Hahahaha, asli perjalanan kali ini gw bener2 ngga
well prepared. Modal nekat banget.
Akhirnya setelah mesen
Hot Milo dan kentang goreng, Alvin dan Rei pun memilih untuk istirahat dan
tidur di sofa di dalam McD, sementara gw memilih keliling bandara KLIA 2 sambil
lihat2 keadaan (mumpung sepi pas tengah malam), menghilangkan jetlag dan
kebudegan gw, sekalian solat isya. Tanya sana sini, menggunakan bahasa Inggris
campur Melayu, ternyata musholla terletak 2 lantai di bawah McD. Bandara ini
lumayan besar, dan yang gw suka, dingin dan bersih. Puas keliling, akhirnya gw
beranjak ke musholla untuk solat isya sekalian tahajud. Ternyata sodara2
sekalian, di musholla (dan daerah sekitar musholla), banyak banget orang yang
tidur disana. Mereka lebih memilih tidur ngampar di musholla ketimbang di
resto2. Wah mereka lebih irit daripada gw, hahaha. Tapi ya akibatnya slot untuk
solat gw semakin sempit. Yah sudahlah, saling berbagi saja.
Selesai solat, gw pun langsung melangkahkan kaki
kembali ke McD bergabung dengan Alvin dan Rei yang sudah tidur duluan. Tidur di
McD ini sebenarnya terbilang enak. Restaurantnya buka 24 jam, kalau lapar di
tengah malam bisa pesen makan, ada sofanya juga, bisa selonjor juga, dan agak
aman karena ada pegawainya yang standby. Ngga berapa lama beres2 koper, gw pun
akhirnya ikut merebahkan diri seadanya disamping mereka berdua.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 comments:
Post a Comment